Senin, 22 Juli 2019

Marching Band Gema Insani Latihan Persiapan Pawai Pembangunan


Marching Band Gema Insani MAN 1 Belitung Kembali  Latihan Minggu Pagi persiapkan pawai pembangunan Agustus nanti, Latihan ini dilaksanakan di depan Gedung Nasional, Tanjung Pandan.
Dengan didampingi Para Pelatih, Semangat peserta tampak lebih membara.. red. Dy.








Minggu, 07 Juli 2019

Sutopo Menurut Jokowi

Menurut Jokowi, Sutopo merupakan seseorang yang hidupnya didedikasikan untuk orang banyak. Bahkan, kata Jokowi, menjelang akhir hayatnya, Sutopo tetap mengabarkan dengan cepat kejadian bencana alam gempa bumi, longsor, tsunami atau kebakaran yang terjadi di wilayah Indonesia.

Jokowi juga mengutip kata-kata yang pernah disampaikan oleh Sutopo. Suatu ketika Sutopo pernah menyampaikan 'Hidup itu bukan soal panjang pendeknya usia, tapi seberapa besar kita dapat membantu orang lain'.

"Dan ia (Sutopo) mengamalkan kalimat itu dengan baik," ucap Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan kesabaran.

"Selamat jalan, Pak Sutopo. Semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkan diberiNya kekuatan dan kesabaran. Amin ya rabbal alamin," tutur Jokowi.

Marquez Jadi Juara, Vinales Kedua


Jakarta, CNN Indonesia -- Marc Marquez juara MotoGP Jerman 2019 di Sirkuit Sachsenring, Minggu (7/7), dengan mengalahkan Maverick Vinales dan Cal Crutchlow.

Hasil MotoGP Jerman 2019:

1. MARC MARQUEZ 41 menit 08,276 detik
2. MAVERICK VIÑALES +4.587 detik
3. CAL CRUTCHLOW +7.741 detik
4. DANILO PETRUCCI +16.577 detik
5. ANDREA DOVIZIOSO +16.669 detik
6. JACK MILLER +16.836 detik
7. JOAN MIR +17.156 detik
8. VALENTINO ROSSI +19.110 detik
9. FRANCO MORBIDELLI +20.634 detik
10. STEFAN BRADL +22.708 detik (har/bac)

Selasa, 21 Mei 2019

SBY Puji Langkah Prabowo, Ucapkan Selamat Jokowi-Ma'ruf,

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya menanggapi hasil rekapitulasi final yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Selasa 21 Mei 2019 dini hari. Sesuai dengan hasil Pilpres 2019, SBY mengucapkan selamat kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin yang menjadi presiden terpilih.
"Mengiringi ucapan selamat saya kepada Bapak Joko Widodo dan Bapak Ma'ruf Amin dalam kapasitas saya sebagai presiden keenam RI atas kepercayaan rakyat yang diberikan kepada Bapak berdua, untuk pada saatnya memimpin Indonesia lima tahun mendatang," ujar SBY dalam rekaman video yang diterima Liputan6.com, Selasa malam.
Sementara kepada capres nomor urut 02, Prabowo Subianto, SBY memuji langkah yang diambil mantan Danjen Kopassus itu sebagai sikap yang terpuji.
"Pak Prabowo, apa pun hasil dari gugatan Bapak ke Mahkamah Konstitusi nanti, sejarah akan mencatat Bapak adalah seorang konstitusionalis, serta seorang yang menghormati pranata hukum, juga champion of democracy," tegas SBY.
Berikut kutipan lengkap SBY:
Saudara-saudaraku rakyat Indonesia yang saya cintai, hari ini baik dalam kapasitas saya selaku pribadi maupun pemimpin Partai Demokrat, saya bersyukur dan lega karena akhirnya KPU telah dapat mengumumkan hasil perolehan suara.
Kita tahu banyak yang memperkirakan KPU tidak bisa melakukaan tugas penghitungan suara ini dengan baik dan tepat waktu.
Kita juga bersyukur dan lega karena isu akan terjadinya aksi-aksi kerusuhan massa saat KPU mengumumkan perolehan suara, utamanya hasil Pilpres 2019 alhamdulilah tidak terjadi.
Saya berdoa kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa, semoga situasi aman damai dan tertib dapat terus dijaga, meskipun ruang bagi rakyat untuk menyampaikan pendapat, termasuk aksi protes tetap dibuka dan dijamin oleh negara.
Kuncinya adalah proses apa pun dapat dilakukan secara bertanggung jawab, tertib dan damai.
Tadi siang saya menyimak pernyataan kedua capres kita, Bapak Jokowi dan Bapak Prabowo Subianto. Kembai saya bersyukur dan lega, karena Bapak Prabowo dalam menyampaikan penolakan dan gugatannya terhadap hasil pilpres yang dihitung KPU akan dilakukan melaui jalan konstitusi.
Tafsiran saya melalui Mahkamah Konstitusi, jalan yang dibuka dan disediakan oleh konstitusi kita.
Bapak Prabowo juga menyerukan kepada pendukungnya agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban umum. Dan dalam menyampaikan pendapatnya di muka umum tetaplah dilaksanakn dengan damai dan konstitusional.
Pak Prabowo, apa pun hasil dari gugatan Bapak ke Mahkamah Konstitusi nanti, sejarah akan mencatat Bapak adalah seorang konstitusionalis, serta seorang yang menghormati pranata hukum, juga champion of democracy, sebuah legacy yang akan dikenang dengan indahhnya oleh generasi mendatang.
Saya makin bersyukur dan lega karena Bapak Jokowi telah menyampaikan bahwa akan menjadi pemimpin dan pengayom dari seluruh rakyat Indonesia, akan berjuang keras demi terwujudnya keadilan sosial dan mengajak bersatu padu membangun bangsa.
Komitmen pemimpin seperti itulah yang ditunggu dan sangat diharapkan setelah pemilu ini usai, baik bagi mereka yang memilih Bapak Jokowi dan Bapak Ma'ruf Amin maupun yang tidak memilih.
Inilah awal yang baik bagi rukun dan bersatunya kembali bangsa Indonesia yang hampir setahun berada dalam kontestasi yang keras dan polarisasi yang ekstrim. Juga awal yang indah bagi terbasuhnya luka di antara anak bangsa serta bagi rekonsiliasi dan bersatunya kembali anak bangsa secara terhormat.
Mengiringi ucapan selamat saya kepada Bapak Joko Widodo dan Bapak Ma'ruf Amin dalam kapasitas saya sebagai presiden keenam RI atas kepercayaan rakyat yang diberikan kepada Bapak berdua, untuk pada saatnya memimpin Indonesia lima tahun mendatang, saya menyambut baik dan mendukung penuh komitmen Bapak berdua untuk melindungi dan memimpin bangsa Indonesia tanpa kecuali, semoga Allah meridhoi dan semoga sejarah menorehkan tinta emasnya.
Berkaitan dengan hasil penghitungan suara untuk pemilu legislatif, meskipun perolehan suara dan kursi Partai Demokrat di parlenen menurun, pada prinsipnya kami menerima hasil pemilu legislatif tahun 2019 ini.
Jika Partai Demokrat harus mewadahi permohonan para caleg untuk melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi, karean merasa dirugikan di dapilnya masing-masing, padahal mereka telah berjuang secara gigih, jujur dan mentaati segala undang-undang, tidaklah menghalangi sikap kami untuk menerima hasil Pemilu 2019 ini.
Bersamaan dengan itu, Partai Demokrat mengucapkan selamat kepada partai politik yang memiliki perolehan kursi di DPR lebih banyak dibandingkan Pemilu 2014 lalu.
Sungguh pun demikian, kami harus berterus terang, banyak permasalahan yang terjadi dalalm Pemilu 2019 ini. Oleh karena itu, dengan niat dan tujuan yang baik serta dilandasi kecintaan kami pada demokrasi dan pemilu yang makin baik, Partai Demokrat akan menuntaskan evaluasi menyeluruh yang saat ini tengah kami lakukan.
Pada saatnya nanti, hasil evaluasi ini akan kami sampaikan pada negara dan pemerintah, termasuk lembaga penyelenggara pemilu agar Pemilu 2024 mendatang dapat dilaksanakan lebih berkualitas dan lebih demokratis serta lebih damai, lebih jujur dan lebih adil, sehingga tercipta fairplay dan rasa keadilan yang sejati bagi peserta pemilu.
Pandangan dan saran Partai Demokrat untuk perbaikan dan penyempurnaan Pemilu 2024 mendatang akan mencakup sistem, undang-undang dan aturan pemilu yang lebih tepat. Serta pelaksanaan kampanye dan pemungutan suara termasuk penghitungannya yang lebih kredibel, akuntabel, dan transparan.
Di atas segalanya, kami Partai Demokrat yang insyaallah akan selalu menjadi peserta pemilu dan pecinta demokrasi yang setia, sangat menyayangi negara kesatuan Republik Indonesia. Kami yakin negara juga akan memberikan kasih sayangnya kepada kami.
Demikianlah pernyataan saya selaku pribadi dan selaku pemimpin Partai Demokrat. Dengan doa dan haraoan, semoga Pemilu 2019 ini segera berakhir dengan baik, damai dan indah. Agar bangsa dan negara kita segera melangkah ke depan, untuk membangun hari esok yang lebih baik. Terima kasih wassalamualaikum WR WB, om santi santi santi om.

Demo Bawaslu, Sejumlah Orang Ditangkap


Dari pantauan di Jakarta, Rabu dini hari, ada belasan massa perusuh yang diangkut ke sebuah mobil tahanan polisi.

Dari informasi yang beredar, massa tersebut akan dibawa ke Mapolda Metro Jaya dan yang luka akan dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Belasan orang yang diamankan petugas tersebut, menambah jumlah orang yang diamankan sebelumnya. Dari informasi yang beredar ada sebanyak 20 orang.
Sebelumnya, setelah sempat membubarkan diri sejak pukul 20.30 WIB, massa ada yang kembali berkonsentrasi dan berorasi di depan Gedung Bawaslu pada pukul 21.30 WIB.
Namun bukan hanya orasi, para peserta aksi demonstrasi juga sempat merusak pagar barikade.
Sekitar pukul 22.15 WIB, massa dimediasi oleh Wakapolres Jakarta Pusat AKBP Arie Ardian, namun massa terus bersikap provokatif bahkan menantang petugas.
Akhirnya, sekitar pukul 22.35 WIB polisi menindak tegas dengan melakukan penghalauan massa ke arah Jalan Wahid Hasyim.
Aktivitas demonstrasi di depan Bawaslu-pun akhirnya dapat dibubarkan seluruhnya pada pukul 22.45 WIB dan massa berkumpulberkumpul, serta bertahan di Jalan Wahid Hasyim (arah Tanah Abang dan Gondang Dia), Bundaran HI, juga ke arah Monas.
Kepada massa yang bertahan tersebut, polisi sempat memberi peringatan membubarkan diri hingga tiga kali, namun setelah peringatan tersebut tidak diindahkan dan massa tetap bertahan di posisinya masing-masing, akhirnya suara tembakan terdengar untuk membubarkan massa.
Suara tembakan tersebut berasal dari senapan pelontar gas air mata. Akhirnya setelah tembakan tersebut massa dapat dipukul mundur beberapa ratus meter menjauh.
Dari informasi yang didapatkan di lokasi massa dipukul mundur ke Underpass Pasar Grosir Tanah Abang, Gondang Dia, Jalan Sabang dan Bundaran HI.
Bahkan beberapa kelompok massa sudah menggunakan batu dan bom molotov untuk menahan laju petugas keamanan. Terlihat beberapa kali mobil ambulans juga lalu lalang saat kejadian tersebut.

Rabu, 01 Mei 2019

Pertek NIP CPNS Kemenag Diserahkan ke Satker


Jakarta (Kemenag) --- Selasa (30/04) Persetujuan Teknis (Pertek) Nomor Induk Pegawai (NIP) bagi 12.694 CPNS Kementerian Agama yang sudah terbit dari Badan Kepegawaian Negara diserahkan ke satuan kerja (satker). 
Penyerahan Pertek dilakukan secara simbolis oleh Sekretaris Jenderal Kemenag M. Nur Kholis Setiawan kepada 128 pimpinan satuan kerja di lingkungan Kementerian Agama meliputi unit eselon I, Kantor Wilayah Kemenag Provinsi, Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN), dan Balai Diklat Keagamaan serta Litbang di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin No. 6 Jakarta.
Sekjen mengatakan,  ada 1.959 pertek CPNS Kemenag yang sedang dalam proses koreksi BKN. Ia berharap, prosesnya di BKN tidak lama lagi sehingga bisa segera diberikan pertek NIP nya kepada satker masing-masing.
"Kita patut bersyukur dan memberikan apresiasi kepada biro kepegawaian dan satker yang telah mengawal  proses ini dan terlibat langsung dalam pengadaan CPNS ini. Ini adalah kerja dan partisipasi bersama,  karena mekipun formasi CPNS kita besar, namun kita mendapatkan laporan atau aduan masyarakat (dumas) tidak begitu banyak. Kita sejatinya telah melakukan  yang terbaik bagi pengadaan CPNS ini," ujar Sekjen.
Kepada pimpinan satker, Sekjen menegaskan kembali tiga arahan Menag tentang pengadaan CPNS Kemenag. Pertama, CPNS Kemenag harus betul-betul tergaransi kemampuannya, memiliki kemampuan teknis yang sesuai.
Kedua, tidak cukup memiliki kemampuan teknis semata, CPNS Kemenag juga harus selesai dengan paham keagamaannya yakni paham keagamaan moderat.
"Dan ketiga sudah selesai dengan paham kebangsaan. Tiga unsur, memiliki kompetensi, berpaham moderat dan sudah selesai dengan paham kebangsaan," tegasnya.
Sekjen menyampaikan, setelah menerima Pertek NIP, tiap pimpinan satker akan menerbitkan SK CPNS.
"Penyerahan NIP CPNS akan dilakukan serentak dan akan dimonitor langsung Inspektorat Jenderal di setiap satker," ucapnya.
Ia juga meminta agar seluruh pimpinan satker memonitor selama 1 tahun CPNS tersebut. Menurutnya, hal tersebut merupakan bagian dari tanggung jawab satker untuk memastikan selama 1 tahun tersebut CPNS tersebut memiliki tiga unsur yang disampaikan Menteri Agama, yaitu; memiliki kompetensi yang sesuai, berpaham keagamaan moderat, dan selesai dengan paham kebangsaan.
www.portalbangkabelitung.com. sumber : kemenag.go.id

Kamis, 21 Februari 2019

Karya Ilmiah : Resistansi Pengasingan di Pulau Bangka Era “1948-1949” (Rina Yuliana)

Resistansi Pengasingan di Pulau Bangka Era "1948-1949"
Karya Ilmiah :  Rina Yuliana
           

Indonesia adalah negara merdeka dengan gugusan pulau terbesar di dunia yang berada di kawasan Asia Tenggara.Ada pun menurut Portal-Indonesia (Wikipedia Bahasa), Indonesia memiliki 18.000 pulau sementara 6.000 diantaranya tidak berpenghuni yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Selain kaya akan gugusan pulau ternyata Indonesia juga mempunyai aneka ragam budaya bangsa seperti suku ( ada 714 suku bangsa di Indonesia pada tahun 2017)  dan bahasa (jumlah bahasa dan sub bahasa ada 546 bahasa). Kemudian data jumlah bahasa diperkuat oleh pernyataan Etnologue dua tahun silam yang menunjukkan bahwa di Indonesia ada 707 bahasa daerah dari total 7.102 bahasa di dunia dan setidaknya penduduk Indonesia mampu berbicara dengan 221 bahasa daerah.
Selanjutnya ada pula kondisi geografis yang menjadikan Indonesia sebagai pusat perdagangan lalu lintas dunia sehingga berakibat pada kenaikan polpusi penduduk.Kondisi geografis Indonesia terletak pada posisi silang dunia (World Cross Position).  Di mana pada tahun 2016 populasi penduduk Indonesia berkisar 250 juta jiwa kemudian meningkat 3% ditahun 2017 menjadi 258.704.900 jiwa dengan dominasi penduduk di Provinsi Jawa Barat yang  memiliki total penduduk 47.379.400 jiwa atau 18,3%. Data ini diperoleh dari (Statistical Yearbook of Indonesia 2017). Jadi, kita tidak perlu heran lagi karena faktanya Indonesia masih menduduki peringkat keempat di dunia sebagai negara populasi penduduk terpadat setelah Republik Rakyat Cina, India dan Amerika Serikat.
 Beragam kekayaan Indonesia bukan hal mudah untuk didapatkan oleh rakyat Indonesia terdahulu. Sudah banyak ribuan bahkan jutaan nyawa yang harus gugur demi menggapai hak milik mereka, yakni kemerdekaan di negara sendiri. Hal ini dibuktikan  secara langsung oleh pemerintah melalui Presiden Joko Widodo selaku kepala negara dan kepala pemerintahan Republik Indonesia untuk ditetapkannya 163 tokoh dengan 4 tokoh  tambahan sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 2014. Jumlah pahlawan yang ditetapkan pada tahun 2014 belum termasuk pahlawan-pahlawan lain yang tidak dikenali lagi rupa dan bentuknya karena kondisi disaat gugur dalam medan pertempuran begitu mengenaskan.
Banyak dari pahlawan-pahlawan tersebut yang telah merasakan getir pahitnya hidup  khususnya masa-masa pengasingan di era kemerdekaan. Pengasingan nampaknya tidak lagi asing bagi para pemimpin kita terdahulu. Tak terkecuali bagi Presiden Republik Indonesia yang pertama Dr. (H.C.) Ir. H. Soekarno dan wakil presiden Dr. Moh. Hatta.
Katakan saja Soekarno yang pernah merasakan hawa dingin buih Sukamiskin di Bandung. Selanjutnya diasingkan lagi ke Ende di Flores, kemudian Bengkulu, lalu berakhir di kehiningan Wisma Ranggam di Kota Muntok Kabupaten Bangka Barat Kepulauan Bangka Belitung setelah ia resmi ditetapkan sebagai Presiden Republik Indonesia.Selanjutnya Bung Hatta juga telah mecicipi fananya pengasingan mulai dari penjara Boren Digul, Banda Neira dan dinginnya Wisma Bukit Menumbing di Bangka.
Kedua tokoh proklamator tersebut diasingkan di tempat yang sama, yakni Bangka Barat mesikipun titik lokasi hunian mereka berbeda. Bangka Barat merupakan saksi kelam pengasingan para pemimpin bangsa di masa revolusi kemerdekaan pasca Agresi Militer Belanda II pada 18 Desember 1948.
 Ada pun Bung Hatta diasingkan terlebih dahulu di Bangka Barat. Drs. Moh. Hatta diasingkan ke Bangka pada 22 Desember 1948 tepatnya di Bukit Menumbing. Bukit Menumbing merupakan salah satu tempat pengasingan yang pernah dijajaki oleh Bung Hatta. Bukit ini terletak di Desa Air Belo, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepualauan Bangka Belitung yang memiliki ketinggian 355 meter DPL.Pada bukit inilah para pemimpin bangsa menyususn strategi melawan penjajah Belana disaat ibukota Indonesia saat itu (Yogyakarta) diduduki oleh Belanda.
 Pada awalnya, Dr. Moh. Hatta bersama para rekannya Pringgodigdo, Mr. Assat dan Soerjadarma ditempatkan di tengah ruangan kecil berukuran 4m x 6m di Wisma Menumbing yang terletak di Bukit Menumbing. Akan tetapi tindakan tersebut memperoleh kecaman dari pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa sehingga akhirnya Bung Hatta ditempatkan di sebuah kamar sederhana. Namun, belum ada yang menemukan bagaimana rupa sebenarnya kamar Bung Hatta dan rekannya yang lain.
Hal ini disebabkan oleh Wisma Menumbing sempat disewakan pada pihak swasta di tahun 1996 sebagai tempat penginapan. Namun, jika Anda masih penasaran dengan  bentuk kamar Bung Hatta dan para rekannya Anda dapat melihatnya beberapa replika-replika yang sengaja dibuat serupa mungkin dengan kamar Bung Hatta sebenarnya di Wisma Menumbing.
Di dalam Wisma Menumbing terdapat pula sebuah badan mobil milik Bung Hatta selama ia berada di Bangka dengan plat BN 10. Selanjutnya ada pula potret-potret pemimpin bangsa termasuk surat Soekarno untuk istrinya Fatmawati.Selain itu, kita dapat juga menyaksikan secara langsung panorama eksotis Bangka denagan naik tangga ke atas atap yang berbentuk kastil berastitektur Belanda. Uniknya di Wisma Menumbing masih dijumpai ular yang sangat berbisa berjenis Green Viper.
 Sedangkan kedatangan Dr. (H.C.) Ir. H. Soekarno menyusul dua bulan kemudian setelahnya yakni Februari 1949. Soekarno diasingkan bersama Agus Salim, Moch. Roem dan Sutan Syahrir ditempatkan di Wisma Ranggam Muntok yang lebih dikenal Pesanggerahan Muntok. Berbeda dengan Wisma Menumbing di mana kamar Bung Hatta belum dapat ditemukan sementara di Wisma Ranggam memang tak banyak peninggalan yang spesial tetapi masih terdapat kamar asli Bung Karno dan para rekannya.
Kemudian pada halaman Wisma Ranggam didirikan Tugu Proklmasi untuk mengenang Bangka sebagai bagian dari sejarah Indonesia. Dan kala itu, masyarakat Bangka sangat ramah dan antusias menyambung kedatangan Bung Karno dan Bung Hatta.Serta sebagai rasa syukur atas kemerdekaan yang diperoleh setiap tahunnya masyarakat Bangka mengenang Bung Hatta dan Bung Karno melalui napak tilas dari Wisma Ranggam di Kota Muntok sampai ke Pantai Tanjung Kalian.
JIka dulu para pemimpin bangsa berjuang dengan penuh kerelaan, kerja keras, kesabaran, pantang menyerah, pertumpahan darah dan keyakinan akan diperolehnya kemerdekan bagi Bangsa Indonesia serta menjadi pemimpin negara yang selalu dikenang meskipun harus dipenjara dan diasingkan. Akan tetapi banyak pemimpin di era orde reformasi ini justru menjadi cikal bakal mencoreng nama kemerdekaan Indonesia yang telah diraih sehingga akhirnya harus menempati penjara merasakan dingin kensunyian jeruji besi.

 DAFTAR PUSTAKA

Daring
Data Terkini, Jumlah Penduduk Indonesia lebih dari  262 juta         
              http://jateng.tribunnews.com/2017/08/02 data-terkini-jumlah-penduduk
Budiwiyanto, Adi. (2015). Pendokumentasian Bahasa dalam Upaya Revitalisasi Bahasa Daerah yang Terancam Punah di Indonesia. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1823. Diakses Tanggal 5 Mei 2016.
Portal: Indonesia-Wikipedia-Bahasa-Indonesia, ensiklopedia bebas
Melongok Tempat Pengasingan Bung Karno di Pulau Bangka
Darwance Law : Sejarah Pengasingan Bung Karno di Gunung Menumbing Pulau Bangka
              Darwance-law-blogspot.com/.../sejarah-pengasingan-bung-karno-di.html
Pressreader-kompas: 2017-04-04-Gunakan Data Resmi
Mau Tahu Jumlah Ragam Bahasa di Indonesia-Kompas.com
Gunung Menumbing Tempat Pengasingan Bung Karno


Identitas Penulis
No. Handphone Rina Yuliana : 081379407703
                                                   yrina8179@gmail.com

Rabu, 20 Februari 2019

SKENARIO AWAL UNTUK MALIKA Karya: Siti Rosita

Semburat cahaya mentari menembus rumah berdinding kertas semen yang lusuh, hangat dirasakan wajah bulat malika. Aroma embun pagi semerbak untuk dirasakan, namun tidak bagi malika. Waktu pagi akan selalu dibenci olehnya, udara bersih yang seharusnya bisa dirasakan kini hanya menjadi harapan palsu baginya. Malika kecil bergegas bangkit dari tempat tidur tipis yang selalu menjadi tempat merebahkan tubuh bongsornya. Seperti biasa air putih diteguk untuk sekedar membasahi kerongkongan dan pengganjal perut pengganti sarapan paginya.
“Malika ...” teriak seorang wanita cantik dipinggir jalan. Dengan sigap malika menoleh mencari sumber suara itu. “Oh, Bu Puji..” kali ini raut wajahnya sangat sumringah karena langganannya itu bukan hanya menyodorkan kantong plastik penuh sampah untuk ditampung didepan rumahnya saja, Bu Puji juga memberikan selembar uang kertas dua puluh ribu rupiah. “Untuk Jajan” senyum Bu Puji sembari mencubit pipi gembul Malika. “Besok kamu datang ke rumah Ibu”, “Ada apa bu...” tanya Malika mengerutkan dahinya. “Besok Ibu berangkat ke Solo, pindah dinas disana. Banyak baju yang masih bagus, pilih seberapa banyak yang kamu suka” tukasnya.
Dunia terasa runtuh dalam pandangan Malika, harapannya pupus seiring langkah kaki Bu Puji meninggalkan tempat penampungan sampah sementara desa mayang itu. Bu Puji sudah tak bisa menyambanginya lagi, padahal selama ini dialah satu-satunya pelanggan setia yang ramah dan sering memberikan wejangan kepada Malika untuk tetap bersekolah dalam keterbatasan yang ada.
Matahari semakin terik, dengan lamunan panjangnya tentang Bu Puji, Malika lesu mengais botol plastik yang dikumpulkannya untuk dijual ke pengepul di pasar. Dengan perasaan yang masih kecewa, ia menyudahi rutinitasnya di minggu pagi. Pikirannya melayang jauh bersama angin yang berhembus pelan. Ibunya yang sudah tua kini tidak bisa memberikan perhatiannya lagi karena terkena penyakit magh kronis. Sebelum sakit, Ibunya berprofesi sebagai tukang jamu keliling di sekitar desa. Lumayan untuk menyambung hidup mereka berdua, hingga terkadang bisa membeli makanan yang bergizi untuk perutnya, namun sekarang bisa makan dengan garam dicampur minyak jelantah pun sudah sangat bersyukur. Lebih bersyukur lagi dengan dirinya yang kini mendapatkan beasiswa, sehingga ia masih bisa melanjutkan sekolahnya.
Dalam renungan Malika mengeluh, “Terlalu sayangkah kau padaku, sehingga cobaan yang semestinya tak sanggup aku pikul kau berikan padaku Tuhan.” Rintihan hati berbalut secercah harapan selalu terbesit dalam benaknya. Pikiran Malika terus mengacau dalam keheningan senja, ia terpikir untuk memperbaiki atap rumahnya yang sudah bocor bila diterpa hujan. Tetapi apalah daya, untuk hidup sekedar dengan kata cukup pun tak bisa dicapainya, apalagi untuk memperbaiki rumah? Tangan legamnya mengusap muka yang kian bertambah gelap terpanggang panasnya matahari.
Dipandangnya lamat-lamat gundukan berbagai macam sampah dipekarangan rumahnya. “Bruuk...” Lamunannya buyar seketika mendengar lemparan karung dari bak mobil warna hitam dipinggir jalan. Tanpa menyapa Malika, mobil rongsok itu melaju cepat begitu saja. Hal yang biasa Malika dapatkan dari pembuang sampah ditempatnya. Ya, sekali lagi pikirannya terlintas wajah Bu Puji. Hanya wanita itu yang mempunyai tempat khusus dihati Malika, sebagai orang terbaik didunia.
Langit malam menggantikan cerahnya langit siang. Dengan lampu teplok, lincahnya tangan Malika menulis sebuah catatan harian dibuku bersampul merah jambu usang sebagai pengganti teman pendengar curahan hatinya. Walau terkadang sesekali ia tak sempat menulis keluh kesalnya dikala lelah yang amat berat dirasakannya. Bulir bening membasahi pipinya, dikala mata tertuju pada sosok wanita lemah berbaring diatas tumpukan kasur kapuk tipis. “Tak apalah kita hidup seperti ini sekarang mak, Malika janji akan tetap tegar dan berjuang menjalani kejamnya dunia...” lirih Malika sembari menyeka air mata, dan merebahkan diri disamping Ibunya.
Kumandang azan merdu membangunkan Malika, ia segera bersiap-siap untuk merajut hidup dengan benang-benang kesabaran agar menjadi rajutan indah yang tak ternilai harganya. Sepatu kulit berwarna hitam yang ia temukan di kardus sampah beberapa minggu lalu terpasang dikedua kakinya. Pintu rumah sesekali ia dorong untuk memastikan kuncinya telah terpasang dengan benar. Rasa khawatir terhadap Ibunya ia singkirkan jauh-jauh, mencoba tetap berprasangka baik terhadap Ibu yang ditinggalnya setengah hari didalam rumah seorang diri.
Malika berjalan perlahan sambil menyentuh ilalang-ilalang dipinggir jalan, ia tak berani melangkah dengan cepat karna sepatu yang ia kenakan terkadang lepas tapaknya. Kesempatan mengenyam bangku pendidikan ia jalani dengan sepenuh hati, walau terkadang ia harus mengalami perihnya perut yang kosong selama jam pelajaran dimulai. Waktu istirahat pun digunakannya untuk duduk disudut perpustakaan sambil membaca novel kesukaannya. Maklum, untuk sekedar membeli kudapan ringan Malika tak punya uang sepeserpun.
Truk besar berwarna kuning bertandang dipinggir jalan didepan rumah Malika, tubuh kekar pegawai dinas kebersihan mengangkut sampah-sampah ke bak mobil. “Malika, kau ini menghambat kami bekerja! menjauh dari situ!” teriak pria berbaju coklat dibalik kemudinya. Berlari kecil Malika menjauh dari tumpukan sampah yang sejak siang dikaisnya. Peluh keringat membasahi baju kumal yang ia kenakan, laparnya perut membawa kakinya melangkah kebilik dapur kecil rumahnya. Sepiring nasi hangat yang ia bayangkan lenyap ketika ia membuka priuk nasi yang kosong. Cepat tangan Malika merogoh saku celana, seingatnya masih ada uang lembaran lima ribu rupiah hasil menjual rongsok dipasar kemarin sore. “Tuhan, sampai kapankah derita ini kami rasakan. Tak pantaskah kami tersenyum bahagia walau sedetik?” gumamnya dalam hati. Uang hasil jerih payahnya hilang, saku celana yang ia kenakan ternyata bolong. Tangan gempal itu menekan perut yang sejak pagi tadi tidak terisi makanan apapun, hanya seteguk air putih hangat membasahi kerongkongannya saat itu.
Getirnya hidup kian dirasakan Malika. Waktu bergulir begitu cepat, Malika kecil kini telah beranjak dewasa, namun rutinitas yang ia kerjakan masih sama seperti sebelumnya, bedanya kini ia telah melanjutkan pendidikannya di kampus ternama di kota Solo. Kesehatan Ibunya kini sudah membaik berkat bantuan dari kelurahan desa mayang tempat tinggalnya dulu. Malika tumbuh menjadi gadis manis yang tegar dan tetap bersungguh-sungguh menjalani skenario yang dituliskan Tuhan untuknya.
“Tabrak lari...!” teriak warga sekitar kebingungan mencari kendaraan yang bersedia memberikan tumpangannya, darah mengalir dijalan sangat deras. Seorang wanita tua ditabrak kendaraan roda empat didepan kampus Malika. Kericuhan terjadi, warga tak ada yang berani mengangkat korban. Langkah kaki Malika terseok menghampiri kerumunan warga yang hanya menonton kejadian itu. Rasa kesal Malika terhadap warga tak terbendung, “Ibu ini luka parah, kenapa kalian hanya menontonnya saja!” tatap sinis Malika menyorot lingkaran manusia yang ada dijalan itu. Angkot menjadi pilihannya, ditemani dua orang warga Malika membawa korban tabrak lari itu kerumah sakit terdekat.
Kejadian itu membuat Malika akrab dengan Ibu yang hanya sebatang kara tanpa identitas. “Mak, akan ku jaga kau sampai kapanpun. Tak kan Malika biarkan Mak menjadi sebatang kara seperti Ibu ini.” Tersendat kata-kata itu pelan Malika ucapkan.
“Malika ...” suara itu memecah keheningan suasana kamar rumah sakit. Suara yang tak lagi asing terdengar ditelinganya. Korban yang terbujur lemah ditempat tidur putih itu ternyata wanita cantik yang dulu menjadi sosok penyemangatnya. Bu Suji, ya nama itu telah terpatok dihati Malika sejak kecil. Bulir bening mengalir, tak lagi bersembunyi dari balik kelopak mata lentiknya. Ketiga wanita hebat itu kini tinggal di satu atap kokoh bercat biru. Malika kini menjadi putri angkat dari Bu Suji, dari balik balkon ia menatap biru nya langit ketika itu. “Tuhan, maafkan segala celoteh ku selama ini. Rumah dinding kertas semen dengan pemandangan sampah menggunung takkan ku lupakan”. Senyum simpul menghias wajah manisnya.

KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK GRAFFITI PADA TEMBOK DI KOTA MUNTOK KABUPATEN BANGKA BARAT



Jurnal

Oleh
SITI ROSITA
Nomor Induk Mahasiswa 2014112158
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Pendidikan Bahasa dan Seni


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif tentang makna dan tanda yang terkandung dalam graffiti pada tembok di Kota Muntok Kabupaten Bangka Barat. Dalam mengungkapkan makna dan tanda yang ada pada graffiti itu penulis menggunakan analisis semantik dan semiotik. Pada analisis semantik dalam penelitian ini terletak pada penentuan jenis makna berdasarkan teori jenis makna Leech dan penentuan relasi makna antara homonimi dan polisemi yang muncul pada ungkapan tertulis graffiti itu berdasarkan teori relasi makna Chaer. Sementara itu pada analisis semiotik ialah mengungkapkan makna pada tanda yang terkandung dalam graffiti melalui proses semiosis berdasarkan teori semiotik trikotomis-pragmatis Peirce. Hasil dari analisis semantik pada tiga graffiti yang dipilih menunjukkan bahwa pada ketiga graffiti yang ada pada tembok sekitar Kelurahan Tanjung terdapat ungkapan tertulis yang memiliki makna konseptual, konotatif, stilistika, reflektif dan memiliki relasi makna homonimi. Sementara itu pada analisis semiotik menunjukkan bahwa gambar dan tanda yang terdapat pada ketiga graffiti itu digolongkan sebagai simbol.


Rindu Ayah - Rina Yuliana SMA N 1 MUNTOK


Rindu Ayah
Yuliana_Rina
SMAN 1 MUNTOK

Gemercik hujan kembali menampar jendela. Dari kejauhan diri kutatap nanar sulaman kuning berdiri kokoh di gubuk kecil keluargaku.  Tak lama kemudian, rumahku sesak dengan gerumulan manusia berjubah hitam seraya menyuarakan lafaz –lafaz doa.  Setelah lama, kuratapi seksama seketika nafasku berdinamika tak karuan seakan dunia telah ditelan senja hujan petang. Aku tak percaya dengan kenyataan yang kusaksikan saat ini.
Sampai akhirnya, kuhimpun kekuatan untuk mebuka tabir lawang berharap tidak akan terjadi sesuatu seperti yang kupikirkan dalam batin. Namun realita Sang Khalik berkata sebaliknya, orang yang amat kusayangi saat ini tengah terbaring lemah tanpa jiwa yang hanya menyisakan raga berbalut gamis putih menutup indah tubuhnya ditambah lagi dengan sorban untaian benang menutup kepala pelontos Ayah. 


Kini, retinaku tak kuasa lagi melihat dan menyimpan cairan bening itu. Kualirkan semua derita yang kurasakan. Kupeluk erat dan kukecup kening jenazah ayah untuk yang terakhir kalinya sembari kubisikkan.
"Mengapa secepat ini ,Yah. Mengapa? Bahkan Ayah belum  sempat melihat mimpi-mimpi yang selalu aku ceritakan setiap malam. Aku ingin menjadi seperti Ayah seorang prajurit yang  tangguh dan pemberani. Mengapa Yah?"
Lama menderai air mata menatap wajah ayah yang begitu tampan shingga baru kusadari bukan hanya aku yang kehilangan ayah untuk selamanya Bunda dan Kia adikku satu-satunya juga merasakan kepergian ayah sama sepertiku.
"Aku harus tegar, Rain tak boleh menangis di depan Bunda dan  Dek Kinan. Ria harus buat mereka bahagia. Ini janji Ria sama Ayah,"batinku
           Hujan pun silih berganti menjadi senja mengukir pekatnya cakrawala. Aku, Bunda, dan Kinan tetap menghantarkan ayah ke tempat peristirahatan terakhirnya meskipun kakek bersikeras melarang kami. Dan kakek tak henti-hentinya  mengatakan bahwasannya perempuan tidak diperbolehkan  mengiringi jenazah ke pemakaman sebab hukumnya makhruh. Yah, kakek ku memang salah satu ulama dari sekian banyak yang ada di Pulau Bangka. Dan setelah lama memohon pada Kek Wan akhirnya aku diizinkan meskipun dengan syarat darinya.
"Aliya, aku berharap kamu dan cucu-cucuku, Ria sama Kinan tidak boleh ikut ke mengebumikan Revan, biar semuanya kakek dan Ustadz Zain yang urus. Kamu di rumah saja nemenin Ibumu,"kata Kakek Wan dengan tatapan melarang kami.
"Kek Wan, Ria mohon sama kakek kali ini aja izinnin bunda ama Dek Kinan ya nganterin Ayah ke tempat peristirahatan terakhirnya, kali ini aja kek, tolonglah kek,"tuturku dengan wajah memelas dan memohon pada Kek Wan dengan butiran air mata yang tanpa kusadari telah lolos.
"Tapi pas proses pemakaman nanti Ria harus berjanji dulu pada Kek Wan, Ria Kinan  harus tegar dan selalu menguatkan Bunda. Jangan nangis terus kasihan bunda kalian tu matanya sudah bengkak,"balas Kek Wan.
"Iya, Ria sama Dek Kinan janji,"jawabku kompak bersama Kinan patuh.
            Pemakaman ayah telah usai aku, bunda dan  Dek Kia belum sanggup untuk kembali ke rumah kami sebab di dalamnya terdapat  banyak memori indah bersama ayah.  Sehingga Bunda memutuskan untuk menginap sementara waktu di Kampung Air Putih kediaman kakek.
            Seminggu telah berakhir, keluarga kecilku mulai mencoba mengikhlaskan kepergian ayah dengan perlahan. Saat membuka pintu, kuinjakkan kakiku di rumah peninggalan almarhum ayah di Tanjung Punai sembari menahan air mata yang tetap kutahan agar Bunda dan Kinan tidak bersedih.
Mulai dari derap kaki ruang tamu tempat aku melihat ayah sebelum ia masuk UGD. Aku masih tergiang-ngiang dengan perkataan ayah bersama bunda sepuluh hari yang lalu di mana  pelukan dan ciuman terhangat yang terakhir ayah berikan pada kami.
Saat itu, ayah berpesan pada bunda untuk mendidik aku dan Dek Kia dengan ilmu yang baik sampai pendidikkan tinggi serta dapat melanjutkan hidup meskipun kelak tanpa ayah di didi kami. Ia juga menasihatiku supaya berserdia menjaga Dek Kia dan membantu bunda mengurusi Rumah Makan Melayu Telaga Minang yang merupakan bisnis pencetak uang keluarga kami selama 16 tahun silam. Tak pernah kusangka itulah perbincangan kami yang terakhir bersama ayah. Perbincangan kala itu juga dihiasi ngalor ngidul dihiasi gelak tawa kehangatan ayah.
Dua tahun kemudian…
"Ayah, ayah tahu Ria selalu mengucap Asma Allah bersama lafadz doa untuk ayah yang Ria tuturkan ketika Ria beribadah pada Sang Khalik. Setiap kali Ria merasa rindu dengan pelukan hangat, nasihat-nasihat, lengkungan manis yang selalu menghias wajah meskipun wajah tegas dan kumis ayah itu yang menutupi wajah tampan ayah. Ria menyesal dan maaf beribu maaf ayah Ria belum sempat membahagiakan ayah semasa hidup ayah. Maaf yah, maaf banget."
"Sesekali Ria mohon Yah mampirlah ke mimpi kami ya Yah walau hanya sebentar saja. Ria ingin tunjukkan pada Ayah. Ayah lihat sekarang Ria  bukan anak gadis manja seperti dulu, Ria akan berusa mewujudkan janji Ria pada ayah waktu itu. Yah, meskipun bukan TNI seperti ayah Ria juga badi negara yah. Ayah tahu., empat hari yang lalu Ria menjadi dokter yang sesungguhnya seorang abdi negara  nyata tentu saja dengan senang hati  Ria menyerahkan jiwa dan ragan untuk negeri yang selalu ayah perjuangkan ini seperti yang ayah katakan pada Ria dahulu."
Ku tulis carikan kertas ini untuk ayah yang selalu aku rindukan…
"Ria rindu ayah sangat…rindu…"
Kini dua tahun telah kujalani tanpa ayah di keluarga kecil kami. Kepergian ayah untuk selamanya dua tahun yang lalu masih menyisahkan fakta penyesalan terbesar di hati ku, Bunda dan Dek Kia sebab kami tak mengetahui penyakit ayah yang sebenarnya. Penyakit tumor ganas yang ayah sembunyikan selama 8 tahun silam sejak kepulangannya dari Perbatasan Johor-Malysia, ia derita seorang diri tanpa berbagi rasa sakit pada kami. Ayah sealau mengatakan pada kami.

"Anak-anak ayah juga gak usah khawatir ayah cuman sakit biasa palingan migran aja,"seraya ayah tersenyum manis pada kami.
"Ayah yakin gak papa rambutnya Ria lihat udah pada rontok tu.,"kataku mencemaskan ayah sambil menatap ramput ayahnya yang mulai pelontos.
"Yah, ayo kita ke dokter Bunda gak tega mau lihat ayah sakit kepala terus-menerus kayak gini,"usul bunda pada ayah agar mau diajak ke dokter.
"Ayohlah, yah Kinan mohon,"bujuk Kinan.
"Bunda, Ria, Kinan ayah gak papa cuman migren biasa minum obat warung juga sembuh, udah tenang aja yah,"tutur ayah meyakinkan kami.
Dulu sebelum pindah ke Pulau Bangka keluargaku berdomisili di Palembang Sumatra Selatan, Ayah yang saat itu menjadi abdi negara yakni TNI pernah dipindah tugaskan di perbatasan Timur Indonesia yang berdekatan dengan Negeri Jiran. Semenjak pulangnya ayah dari tugasnya ia sering mengalami sakit kepala yang luar biasa dan menganggapnya hanya sekadar migran.
Bahkan setelah ayah pensiun dari jabatan abdi negara, selunjutnya ia berkeputusan untuk kembali ke daerah kelahirannya yakni Pulau Bangka tepat di Tanjung Punai. Keputusan almarhum ayah juga dilandasi dengan rasa ingin berbakti dan balas budi yang tak'kan mungkin mampu terbayar kepada Kekek dan Nek Wan orang tua  angkat almarhum ayah yang membesarkan dan mendidik ayah sampai menjadi abdi negara yang sesungguhnya dengan keterbatasan ekonomi seadanya. Tekad almarhum ayah menjadi abdi negara patut diancungi empat jempol sekaligus.
Kepergian ayah menjadikan pemikiranku sebagai pelajar sekaligus dokter muda beranjak dewasa. Selepas menamatkan pendidikan SMA ku, lima tahun sebelum ayah meninggal aku berusaha mengejar mimpi-mimpi yang telah kuukir bersama ayah. Saat almarhum ayah pergi. Pendidikkan kedokteran yang aku pilih waktu itu baru di awal tahun pertama.
Lengkap sudah beban dan penderitaanku kala itu. Awalnya aku tak sanggup melanjutkkan pendidikanku karena bunda mengalami depresi berat selama tujuh bulan setelah  ayah meninggal. Fokusku hanyalah merwat bunda dan menjaga Kinan. Bukan hanya bunda yang harus kurawat, Kinan masih belia berumur 8 tahun seringkali melamun dan berbicara seorang diri di kamar ayah meratapi foto-foto ayah terkadang tertawa terpingkal-pingkal seakan ada yang lucu di bilik kamar ayah. Ingin rasanya ku mengakhiri hidup setahun kelam namun masih ada keberuntungan di pihakku Nek Wan dan Kakek selalu bersedia membantuku mengurus segalanya termasuk mengantar Kinan dan bunda berkonsultasi ke pskiater hingga pemulihan total. Dan  pendidikan kedokteran ku pun tak terbengkalai.
Masa-masa silam itu telah kulewati dengan selalu menyebut Asma Allah dalam doa-doaku. Kini Bunda dan Kinan sudah seperti sedia kala. Saat ini, Bunda lebih memprioritaskan  sisa-sisa massa tuanya sepeninggal ayah kepda Rumah Makan  Kuliner Melayu bisnis kecil almarhum ayah dahalu yang perlahan dapat mulai berkembang menjadi tempat makan sekaligus lesehan para turis yang cukup populer di kota kami. Tak lupa pula kusempatkan diri untuk membantu bunda mengurus rumah Makan di samping jadwal praktikku yang lumayan padat.
Sedangkan Kinan adikku kembali melanjutkan sekolahnya di SD Tunas Bangsa meskipun ia harus mengulang kembali pelajaran setahun lalu yang sempat  ia tinggalkan. Ia menjadi murid yang cukup cerdas melebihi kepandaian ku. Hal itu banyak dibuktikan dengan berbagai  penghargaan dan sertifikat hasil lomba yang beberapa kali Kinan ikuti.
Tepat 17 Agustus, dua tahun silam aku kehilangan Ayah. Namun, kenangan almarhum serta tanggal kepulangannya pada Sang Khalik sangat kuhapal di luar nalar. Ayah pergi di tanggal spesial tepat di hari yang paling dikenang seluruh Rakyat Indonesia di mana mereka meraih kebebasan akan hak dan kewajiban sebagai manusia di mana tidak ada yang namanya penindasan, pelanggaran HAM, pembantaian massal serta jenazah-jenazah tak berdosa yang  tergeletak tanpa kepemilikkan bertebaran di pinggir jalan negeri ini dahulu. Aku patut bersyukur sebab aku masih diberi kesempatan menikmati waktu-waktu remajaku bersama ayah dan keluarga kecilku.