Kamis, 21 Februari 2019

Karya Ilmiah : Resistansi Pengasingan di Pulau Bangka Era “1948-1949” (Rina Yuliana)

Resistansi Pengasingan di Pulau Bangka Era "1948-1949"
Karya Ilmiah :  Rina Yuliana
           

Indonesia adalah negara merdeka dengan gugusan pulau terbesar di dunia yang berada di kawasan Asia Tenggara.Ada pun menurut Portal-Indonesia (Wikipedia Bahasa), Indonesia memiliki 18.000 pulau sementara 6.000 diantaranya tidak berpenghuni yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Selain kaya akan gugusan pulau ternyata Indonesia juga mempunyai aneka ragam budaya bangsa seperti suku ( ada 714 suku bangsa di Indonesia pada tahun 2017)  dan bahasa (jumlah bahasa dan sub bahasa ada 546 bahasa). Kemudian data jumlah bahasa diperkuat oleh pernyataan Etnologue dua tahun silam yang menunjukkan bahwa di Indonesia ada 707 bahasa daerah dari total 7.102 bahasa di dunia dan setidaknya penduduk Indonesia mampu berbicara dengan 221 bahasa daerah.
Selanjutnya ada pula kondisi geografis yang menjadikan Indonesia sebagai pusat perdagangan lalu lintas dunia sehingga berakibat pada kenaikan polpusi penduduk.Kondisi geografis Indonesia terletak pada posisi silang dunia (World Cross Position).  Di mana pada tahun 2016 populasi penduduk Indonesia berkisar 250 juta jiwa kemudian meningkat 3% ditahun 2017 menjadi 258.704.900 jiwa dengan dominasi penduduk di Provinsi Jawa Barat yang  memiliki total penduduk 47.379.400 jiwa atau 18,3%. Data ini diperoleh dari (Statistical Yearbook of Indonesia 2017). Jadi, kita tidak perlu heran lagi karena faktanya Indonesia masih menduduki peringkat keempat di dunia sebagai negara populasi penduduk terpadat setelah Republik Rakyat Cina, India dan Amerika Serikat.
 Beragam kekayaan Indonesia bukan hal mudah untuk didapatkan oleh rakyat Indonesia terdahulu. Sudah banyak ribuan bahkan jutaan nyawa yang harus gugur demi menggapai hak milik mereka, yakni kemerdekaan di negara sendiri. Hal ini dibuktikan  secara langsung oleh pemerintah melalui Presiden Joko Widodo selaku kepala negara dan kepala pemerintahan Republik Indonesia untuk ditetapkannya 163 tokoh dengan 4 tokoh  tambahan sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 2014. Jumlah pahlawan yang ditetapkan pada tahun 2014 belum termasuk pahlawan-pahlawan lain yang tidak dikenali lagi rupa dan bentuknya karena kondisi disaat gugur dalam medan pertempuran begitu mengenaskan.
Banyak dari pahlawan-pahlawan tersebut yang telah merasakan getir pahitnya hidup  khususnya masa-masa pengasingan di era kemerdekaan. Pengasingan nampaknya tidak lagi asing bagi para pemimpin kita terdahulu. Tak terkecuali bagi Presiden Republik Indonesia yang pertama Dr. (H.C.) Ir. H. Soekarno dan wakil presiden Dr. Moh. Hatta.
Katakan saja Soekarno yang pernah merasakan hawa dingin buih Sukamiskin di Bandung. Selanjutnya diasingkan lagi ke Ende di Flores, kemudian Bengkulu, lalu berakhir di kehiningan Wisma Ranggam di Kota Muntok Kabupaten Bangka Barat Kepulauan Bangka Belitung setelah ia resmi ditetapkan sebagai Presiden Republik Indonesia.Selanjutnya Bung Hatta juga telah mecicipi fananya pengasingan mulai dari penjara Boren Digul, Banda Neira dan dinginnya Wisma Bukit Menumbing di Bangka.
Kedua tokoh proklamator tersebut diasingkan di tempat yang sama, yakni Bangka Barat mesikipun titik lokasi hunian mereka berbeda. Bangka Barat merupakan saksi kelam pengasingan para pemimpin bangsa di masa revolusi kemerdekaan pasca Agresi Militer Belanda II pada 18 Desember 1948.
 Ada pun Bung Hatta diasingkan terlebih dahulu di Bangka Barat. Drs. Moh. Hatta diasingkan ke Bangka pada 22 Desember 1948 tepatnya di Bukit Menumbing. Bukit Menumbing merupakan salah satu tempat pengasingan yang pernah dijajaki oleh Bung Hatta. Bukit ini terletak di Desa Air Belo, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepualauan Bangka Belitung yang memiliki ketinggian 355 meter DPL.Pada bukit inilah para pemimpin bangsa menyususn strategi melawan penjajah Belana disaat ibukota Indonesia saat itu (Yogyakarta) diduduki oleh Belanda.
 Pada awalnya, Dr. Moh. Hatta bersama para rekannya Pringgodigdo, Mr. Assat dan Soerjadarma ditempatkan di tengah ruangan kecil berukuran 4m x 6m di Wisma Menumbing yang terletak di Bukit Menumbing. Akan tetapi tindakan tersebut memperoleh kecaman dari pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa sehingga akhirnya Bung Hatta ditempatkan di sebuah kamar sederhana. Namun, belum ada yang menemukan bagaimana rupa sebenarnya kamar Bung Hatta dan rekannya yang lain.
Hal ini disebabkan oleh Wisma Menumbing sempat disewakan pada pihak swasta di tahun 1996 sebagai tempat penginapan. Namun, jika Anda masih penasaran dengan  bentuk kamar Bung Hatta dan para rekannya Anda dapat melihatnya beberapa replika-replika yang sengaja dibuat serupa mungkin dengan kamar Bung Hatta sebenarnya di Wisma Menumbing.
Di dalam Wisma Menumbing terdapat pula sebuah badan mobil milik Bung Hatta selama ia berada di Bangka dengan plat BN 10. Selanjutnya ada pula potret-potret pemimpin bangsa termasuk surat Soekarno untuk istrinya Fatmawati.Selain itu, kita dapat juga menyaksikan secara langsung panorama eksotis Bangka denagan naik tangga ke atas atap yang berbentuk kastil berastitektur Belanda. Uniknya di Wisma Menumbing masih dijumpai ular yang sangat berbisa berjenis Green Viper.
 Sedangkan kedatangan Dr. (H.C.) Ir. H. Soekarno menyusul dua bulan kemudian setelahnya yakni Februari 1949. Soekarno diasingkan bersama Agus Salim, Moch. Roem dan Sutan Syahrir ditempatkan di Wisma Ranggam Muntok yang lebih dikenal Pesanggerahan Muntok. Berbeda dengan Wisma Menumbing di mana kamar Bung Hatta belum dapat ditemukan sementara di Wisma Ranggam memang tak banyak peninggalan yang spesial tetapi masih terdapat kamar asli Bung Karno dan para rekannya.
Kemudian pada halaman Wisma Ranggam didirikan Tugu Proklmasi untuk mengenang Bangka sebagai bagian dari sejarah Indonesia. Dan kala itu, masyarakat Bangka sangat ramah dan antusias menyambung kedatangan Bung Karno dan Bung Hatta.Serta sebagai rasa syukur atas kemerdekaan yang diperoleh setiap tahunnya masyarakat Bangka mengenang Bung Hatta dan Bung Karno melalui napak tilas dari Wisma Ranggam di Kota Muntok sampai ke Pantai Tanjung Kalian.
JIka dulu para pemimpin bangsa berjuang dengan penuh kerelaan, kerja keras, kesabaran, pantang menyerah, pertumpahan darah dan keyakinan akan diperolehnya kemerdekan bagi Bangsa Indonesia serta menjadi pemimpin negara yang selalu dikenang meskipun harus dipenjara dan diasingkan. Akan tetapi banyak pemimpin di era orde reformasi ini justru menjadi cikal bakal mencoreng nama kemerdekaan Indonesia yang telah diraih sehingga akhirnya harus menempati penjara merasakan dingin kensunyian jeruji besi.

 DAFTAR PUSTAKA

Daring
Data Terkini, Jumlah Penduduk Indonesia lebih dari  262 juta         
              http://jateng.tribunnews.com/2017/08/02 data-terkini-jumlah-penduduk
Budiwiyanto, Adi. (2015). Pendokumentasian Bahasa dalam Upaya Revitalisasi Bahasa Daerah yang Terancam Punah di Indonesia. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1823. Diakses Tanggal 5 Mei 2016.
Portal: Indonesia-Wikipedia-Bahasa-Indonesia, ensiklopedia bebas
Melongok Tempat Pengasingan Bung Karno di Pulau Bangka
Darwance Law : Sejarah Pengasingan Bung Karno di Gunung Menumbing Pulau Bangka
              Darwance-law-blogspot.com/.../sejarah-pengasingan-bung-karno-di.html
Pressreader-kompas: 2017-04-04-Gunakan Data Resmi
Mau Tahu Jumlah Ragam Bahasa di Indonesia-Kompas.com
Gunung Menumbing Tempat Pengasingan Bung Karno


Identitas Penulis
No. Handphone Rina Yuliana : 081379407703
                                                   yrina8179@gmail.com

1 komentar:

  1. Penulisan ini bisa menambah pengetahuan .baik bagi kami orang yang tingal didaerah bangka maupun yang belum pernah ke bangka, disini mengenalkan lagi sejarah kilasan dari ir.soekarno dan pahlawan lainnya

    BalasHapus